Tobu (kampung) hukaea-laea adalah suatu perkampungan tua orang moronene yang saat ini dihuni oleh keturunan langasung dari generasi orang moronene 1920. Berdasrkan data berupa peta belanda maupun cerita kesaksian orang moronene, tobu hukaea-laea dulunya merupakan perwakilan distrik rumbia yang dipimpin oleh seorang mokole(kepala distrik) yakni almarhum lababa. Bagi orang moronene, tobu hukaea-laea , lampopala dan sekitarnya merupakan waworaha, yakni kawasan yang pernah dihuni leluhur atau nenek moyang dan ditinggalkankarena alasan-alasan tertentu, misalnya wabah penyakit, kematian, gagal panen atau bencana alam yang menimpah hidup mereka. Walaupun ditinggal oleh sebab-sebab tertentu hubungan waworaha dengan orang moronene tidak pernah putus karena waworaha tersebut tetap dikunjungi baik untuk mengambil hasil sumber daya alam maupun berziarah kubur, sebab waworah adalah tanah leluhur yang akan tetap didatangi kembali dan dijadikan lokasi pemukiman dan usaha.
Tentang riwayat tobu orang moronene di hulu sungai laea, jauh sebelum terbentuknya tobu hukaea beberapa keluarga moronene bermukim dan berladang disekitar sungai pambaea dan roromponda (kemudian bernama lampopala) yang sekarang di klaim sebagai wilayah TNRAW. Akibat dari ganggauan nyamuk, masayrakat atas persetujuan pemerintah distrik rumbia, berpindah dan membangun perkampungan dilokasi baru yang bernama wukulanu
Selain berpindah ke hulu sungai laea, selainnya lagi berpindah kedaerah bawah hulu sungai laea. Tahun 1937, sebagian masyarakat pada laea meminta kepada mokole hukaea (lababa) untuk membangun pemukiman di daerah hulu sungai berdekatan dengan tobu hukaea.
Dengan terbentuknya dan berkembangnya sejumlah tobu sepanjang sungai laea, maka pemerintah distrik rumbia yang wilayah mencakup 11 tobu, yakni 7 yang sekarang diklaim sebagai kawasan TNRAW dan 4 lainnya berada diluar taman nasional. Ketujuh tobu yang dimaksud adalah, laea, hukaea, wukulano, wawompoo, wambakowu, lalompala, sedangakan 4 tobu laninya adalah rarongkeu (desa lameroro sekarang) puungkowu (Dusun II wambubangka sekrang) serta tembe (desa hukaea baru sekarang).
Keadaan geografis dan lingkungan alam
LaEa-HukaEa memiliki kawasan ulayat dengan topografi yang umumnya datar didominasi oleh hamparan padang savana, hutan hujan tropis dataran rendah dan hutan Mangrove. Di bagian barat berbatasan dengan lokasi HTI PT. Barito Pasifik Timber dan Osu (gunung) Mendoke, bagian utara yang dibatasi oleh pengununggan Watumohai dan Tawunaula, bagian timur berbatasan dengan selat Tiworo dan bagian selatan berbatasan dengan HTI PT. Barito Pasifik Timber serta beberapa desa diantaranya desa Lombakasi, Desa Langkowala dan Lantari Jaya. Selain itu di tobu LaEa-HukaEa juga terdapat sungai Lahalo, Raromponda dan sungai LaEa yang bermuara di Teluk Tiworo. Sebagai mana umumnya daerah di Sulawesi Tenggara, iklim di LaEa-HukaEa tergolong dalam iklim tropis dengan musim hujan antara bulan Maret hingga bulan Juni.
Hutan Adat
Usulan
122
26-06-2018
Hutan Kemasyarakatan Simbalai Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka Timur
Perhutanan Sosial Hutan Kemasyarakatan
Verifikasi Lapangan
123
26-06-2018
Hutan Kemasyarakatan Tirawuta Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka Timur
Perhutanan Sosial Hutan Kemasyarakatan
Usulan
124
25-06-2018
Hutan Kemasyarakatan Garuda Sulawesi Tenggara Kab. Konawe
Perhutanan Sosial Hutan Kemasyarakatan
Usulan
125
25-06-2018
Kemitraan Konservasi Pondoa Sulawesi Tenggara Kab. Konawe Utara
Perhutanan Sosial Hutan Kemasyarakatan
Usulan
126
25-06-2018
Hutan Kemasyarakatan Andalambe Sulawesi Tenggara Kab. Konawe
Perhutanan Sosial Hutan Kemasyarakatan
Usulan
127
25-06-2018
Hutan Kemasyarakatan Atodopi Sulawesi Tenggara Kab. Konawe
Perhutanan Sosial Hutan Kemasyarakatan
Usulan
128
07-06-2018
Hutan Kemasyarakatan Nekudu Sulawesi Tenggara Kab. Konawe
Perhutanan Sosial Hutan Kemasyarakatan
Usulan
129
07-06-2018
Hutan Kemasyarakatan Momea Sulawesi Tenggara Kab. Konawe
Perhutanan Sosial Hutan Kemasyarakatan
Usulan
130
07-06-2018
Hutan Kemasyarakatan Lalonggowuna Sulawesi Tenggara Kab. Konawe