DATA DETIL
Konflik Perkebunan PT. Lido Nirwana Parahyangan di Desa Watesjaya dan Desa Pasirbuncir,

 JAWA BARAT, KAB. BOGOR

Nomor Kejadian :  03_IM_Huma
Waktu Kejadian :  08-12-2007
Konflik :  Eks-Perkebunan
Status Konflik :  Belum Ditangani
Sektor :  Perkebunan
Sektor Lain  :  
Luas  :  0,00 Ha
Dampak Masyarakat  :  0 Jiwa
Confidentiality  :  Public

KETERLIBATAN

  • PT. Lido Nirwana Parahyangan
  • Desa Watesjaya dan Desa Pasirbuncir,

KONTEN

Lahan perkebunan merupakan bekas perkebunan swasta milik asing yang telah dinasionalisasi oleh Pemerintah saat penyerahan kedaulatan Belanda ke Republik Indonesia. Pada tahun 1968-1971 perkebunan bernama Perusahaan Negara Perkebunan XI atau PNP XI (yang meliputi tanaman karet dan teh) dan semenjak tahun 1971 PNP XI berubah dengan nama Perseroan Terbatas Perkebunan XI atau PTP XI. Pada tanggal 11 maret 1996 PTP XI dilebur menjadi satu dengan PTP XII dan PTP XIII yang berada di Bandung dalam satu nama yaitu PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Ironisnya sebelum peleburan terjadi antara PTP XI, XII dan XIII menjadi PTPN VIII, ternyata telah terjadi oper alih lahan perkebunan menjadi lahan HGU (Hak Guna Usaha), milik beberapa perusahaan swasta nasional. PT. Pengembangan Agrowisata Prima (PT. PAP) menebang habis tanaman karet milik PTP XI dalam rangka pengambil alihan lahan seluas 680 Ha. PT. PAP membangun lapangan golf 18 holes (direncanakan hingga 32 holes) dan hotel Lido. PT. PAP memiliki anak perusahaan lain bernama PT. Lido Sarana Prima yang membeli tanah-tanah milik masyarakat untuk memperluas usaha bisnisnya.


Tahun 1995, pemilik PT.P AP yakni Bank Pacific kolaps. Tahun 1996, PT. Lido Sarana Prima dimiliki oleh Bakrie Group yang mengembangkan kegiatan pariwisata, resort, hotel dan lapangan golf. Bakrie Group juga membawahi PT. Trans Jabar Tol yang sejak tahun 1997 memegang proyek jalan tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi) sepanjang 54 km. Pada tahun 2012 ini, proyek jalan tol Bocimi diambil alih oleh MNC Group sekaligus rencana untuk membangun taman bermain sekelas Disneyland di kawasan Lido-Cigombong seluas 2.000 ha di bawah PT. Lido Nirwana Parahyangan. Ketika tahun 1995 perusahaan terkena dampak likuidasi dan lahan PT. PAP ditelantarkan, kemudian pada tahun 1999 masyarakat mulai menggarap lahan tersebut dengan menanam komoditi sayuran dan palawija. Namun PT. PAP menerapkan cukai / sewa bagi penggarap lahannya. Besarnya cukai Rp. 300 per m2 (Rp. 300.000 per ha). Tapi dalam kenyataannya, pihak satpam PT. PAP menarik cukai per musim tanam. Pada tahun 2007, pihak perusahaan mengeluarkan surat yang ditujukan untuk masyarakat penggarap dan telah terjadi kesepakatan bahwa masyarakat penggarap harus membayar sewa Rp. 750.000 / hektar. Pembayaran dilakukan setiap kali panen. Hal ini terjadi hingga kini. Namun kini masyarakat makin sulit untuk dapat menggarap lahan seiring rencana pembangunan taman bermain oleh PT. Lido Nirwana Parahyangan.


Desa Pasirbuncir Secara administratif Desa Pasirbuncir termasuk ke dalam Kecamatan Caringin di Kabupaten Bogor. Luas Desa Pasirbuncir 419 ha. Tata guna lahan Desa Pasirbuncir terdiri atas: Pemukiman : 153 ha Persawahan: 97 ha Perkebunan : 149 ha Pekarangan : 10 ha Sarana umum:   Desa Wates Jaya-Kecamatan Cigombong Sebelah Timur : Desa Ciburuy-Kecamatan Cigombong Desa Watesjaya Luas Desa Watesjaya 1.013 ha terdiri atas pemukiman, sawah, perkebunan, hutan, dan sarana umum.


Desa Pasirbuncir Total penduduk Desa Pasirbuncir adalah 6.955 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 3.661 jiwa dan perempuan sebanyak 3.294 jiwa (1.609 KK). Penduduk tersebar pada 8 kampung yaitu Kp. Pasirbuncir, Kp. Cipeucang, Kp.Gunung Bongkok, Kp.Lengkong, Kp.Komplek Pertanian, Kp.Wangun Jaya, Kp.Sungapan dan Cisalopa. Mata pencaharian warga Desa Pasirbuncir sebagian besar petani penggarap dan buruh tani. Selain padi di lahan sawah, untuk lahan kebun (garapan) biasanya ditanam tanaman palawija (jagung, kacang-kacangan) dan tanaman buah/kayu (pala, pisang). Mata pencaharian lainnya seperti kuli angkut pasir, buruh pabrik, kuli bangunan, ojeg, pedagang (warung) dan peternak. Sekitar 58% penduduk tidak sekolah maupun tidak lulus SD. Selain terbatasnya sarana pendidikan, keterbatasan pendapatan rumah tangga juga berpengaruh terhadap pilihan/prioritas untuk biaya sekolah. Desa Watesjaya Jumlah penduduk Desa Watesjaya yaitu 2.211 KK dengan total penduduk 7.834 orang terdiri atas 3.661 laki-laki dan 3.974 perempuan. sebagian besar penduduk memiliki pendidikan umum pada tingkat Sekolah Dasar (SD), sedangkan pada pendidikan khusus lebih banyak pada kegiatan pendidikan keagamaan (Islam). Sebagian besar masyarakat Desa Watesjaya bekerja sebagai buruh tani dan penggarap di lokasi garapan beberapa perusahaan swasta yang menguasai wilayah desa dengan sistim sewa lahan. Pekerjaan lainnya bagi masyarakat Desa Watesjaya sebagai buruh pabrik khususnya remaja perempuan, ojek, berdagang dan buruh bangunan di daerah Bogor, Sukabumi dan Jakarta.


Data Humawin

LAMPIRAN

--Tidak Ada Lampiran--