DATA DETIL
Konflik PT. Arga Prigel dengan Masyarakat Desa Pagar Batu

 SUMATERA SELATAN, KAB. LAHAT

Nomor Kejadian :  29-4-2020
Waktu Kejadian :  01-03-2020
Konflik :  Perkebunan Kelapa Sawit
Status Konflik :  Belum Ditangani
Sektor :  Perkebunan
Sektor Lain  :  
Luas  :  0,00 Ha
Dampak Masyarakat  :  2 Jiwa
Confidentiality  :  Public

KETERLIBATAN

  • Gubernus Sumatera Selatan
  • DPRD Kabupaten Lahat
  • Bupati Kabupaten Lahat
  • Kepala Desa Bukti Batu
  • ATR/BPN Provinsi Sumatera Selatan
  • Polres Kabupaten Lahat
  • Polsek Pulau Pinang
  • PT. Arta Prigel
  • Masyarakat Desa Pagar Batu

KONTEN

Jakarta, 28 Maret 2020 — Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang masuk ke Indonesia tidak menghentikan situasi konflik agraria, kriminalisasi dan kekerasan terhadap pejuang agraria. Bahkan di tengah konsentrasi menghentikan laju virus yang sedikitnya telah mengakibatkan sedikitnya 78 orang, (per 26 maret) Virus bernama konflik agraria pada 21 Maret 2020 bekerja membunuh 2 orang warga Desa Pagar Batu, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat. Dua orang petani dibunuh oleh virus konflik melalui petugas keamanan PT. Artha Prigel adalah Suryadi (40 tahun/ laki) dan Putra Bakti (35tahun/ Laki). Dalam peristiwa pembunuhan ini, Polisi yang berada di lokasi tidak mengambil posisi melindungi rakyat yang berjuang mempertahankan tanah sebagai sumber kehidupannya. Polisi yang berada di lokasi justru berada di barisan keamanan perusahaan.

Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh PT. Artha Prigel juga mengakibatkan empat orang warga mengalami luka bacok, dua diantaranya luka parah dan menjalani perawatan serius di rumah sakit.

Berdasarkan penuturan warga dan hasil pengumpulan data yang dilakukan jaringan masyarakat sipil di Sumatera Selatan diketahui konflik agraria bermula dari perampasan lahan warga dengan kedok jual beli. Tanah seluah 180,36 hektar dibeli PT. Artha Prigel dari oknum masyarakat dengan harga total dua puluh lima juta rupiah. Proses peralihan dilakukan secara paksa dengan bantuan oknum-oknum negara dalam kurun waktu 1993 s/d 2003. Kondisi kemiskinan dan kesulitan membuat warga sadar dan berupaya untuk merebut tanahnya kembali. Pada penghujung 2018, warga desa membentuk Forum Pemuda Pemudi Pagar Batu (FP3B) sebagai wadah perjuangan. Pasca wadah perjuangan tersebut dibentuk, mereka melakukan berbagai upaya, seperti demonstrasi, dan pertemuan dengan berbagai pihak. Sayangnya, hingga letusan kejadian 21 Maret 2020 yang menewaskan dua petani, perjuangan belum mereka menangkan.

Pembunuhan dua petani di Lahat hanya satu cerita dari banyak konflik agraria di Indonesia. Pandemi Covid-19 yang menyerang kita, seharusnya bisa meredakan sekaligus menjadi momentuk penyelesaian konflik. Di tengah situasi krisis pangan saat ini, Pemerintah seharusnya sadar petani merupakan tulang punggung utama mengatasi persoalan krisis pangan. Sayangnya, hal ini tidak terjadi. Beberapa hari setelah Presiden mengumumkan Ccovid-19, 2 petani Kalimantan Tengah ditangkap di Jakarta. Pandemi Covid-19 sama sekali tidak membuat negara dan korporasi berhenti melakukan tindakan jahat. Fokus media pada pemberitaan Covid-19 dimanfaatkan untuk menggusur, menangkap, melakukan tindakan kekerasan bahkan pembunuhan.


WALHI Sumatera Selatan

LAMPIRAN

--Tidak Ada Lampiran--